Tren Penurunan Pengguna Trans Jogja
Jumlah pengguna angkutan perkotaan Trans Jogja terus menurun setiap tahunnya. Dari hasil penelitian ilmiah, penumpang Trans Jogja hanya berada di angka 0,49% dari total jumlah pengguna angkutan umum di Jogja. Pemda DIY diminta melakukan evaluasi untuk menarik minat masyarakat menggunakan Trans Jogja, terutama dengan mempersingkat waktu temput dan memperbanyak halte.
Salah satu akademisi yang meneliti persoalan Trans Jogja adalah Risdiyanto. Mahasiswa Prodi Doktor Teknik Sipil FTSP UII ini berhasil mempertahankan disertasinya tentang model pemilihan moda transportasi antara motor, ojek online, dan bus perkotaan, Sabtu (17/9/2022). Risdiyanto menjadi doktor pertama dari Teknik Sipil UII. Kota Jogja menjadi objek penelitiannya karena menjadi kota termacet di urutan keempat akibat banyaknya kendaraan pribadi dan rendahnya penggunaan angkutan umum perkotaan.
Risdiyanto yang juga Pakar Transportasi dari Universitas Janabadra ini menjelaskan tren penurunan pengguna Trans Jogja dimulai sejak mediao 2016 hingga 2018 antara 5% hingga 10%. Akan tetapi setiap tahun justru semakin menurun, terakhir pada 2021, berdasarkan penelitiannya rasio pengguna Trans Jogja dibandingkan angkutan umum di Jogja hanya berada di angka 0,49%.
“Studi yang telah kami lakukan ini memang Trans Jogja tidak bisa bersaing dengan angkutan pribadi, hasil penelitian kami jumlah pengguna ini tidak sampai satu persen. Jadi dari proporsi 100 orang pengguna angkutan itu tidak sampai satu orang yang menggunakan Trans Jogja. Pemakai angkutan online 4 persen, paling banyak sepeda motor sekitar 60 persen,” katanya Risdiyanto, Sabtu.
Ia menyarankan melalui model dalam penelitiannya untuk menarik minat masyarakat beralih ke Trans Jogja harus mempersingkat waktu tempuh Trans Jogja. Salah satunya dengan membangun busway atau busline, tetapi penentuan keduanya harus melalui studi lanjut yang lebih detail.
“Kalau busway belum bisa di Jogja. Bus line bisa dilakukan pada ruas jalan tertentu, jadi jalan tersebut di waktu tertentu bisa dipakai angkutan umum dan waktu tertentu dipakai kendaraan pribadi. Tetapi harus melalui studi,” katanya.
Apabila busway dan busline tidak memungkinkan di Jogja karena jalan sempit, bisa menggunakan fasilitas mempermudah pemantauan bus lewat aplikasi online. Melalui aplikasi tersebut bisa dipantau titik halte terdekat serta berapa menit lagi Trans Jogja sampai di halte tersebut. “Cara aplikasi ini memang tidak mempercepat jarak tempuh, tetapi orang bisa memanfaatkan waktu dengan baik karena bisa memantau busnya. Aplikasi ini menurut kami tidak mahal,” katanya.
Selain itu jarak halte dari perumahan masyarakat harus diperdekat, sehingga jangkauannya harus diperluas. Cara ini memang menimbulkan konsekuensi anggaran seperti penambahan armada dan fasilitas lain. Serta meningkatkan kenyamanan dalam menggunakan Trans Jogja. “Kalau memperluas jangkauan ini jumlah pengguna pasti akan bertambah,” katanya.
Ia menambahkan langkah lain untuk meningkatkan jumlah pengguna dengan menekan penggunaan motor terutama di kalangan pelajar, kemudian dialihkan ke angkutan Trans Jogja. Selain itu pentingnya kerja sama dengan ojek online agar menjadi feeder service bagi bus kota terutama bagi masyarakat yang jaraknya dengan halte cukup jauh.
Sumber : https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/09/19/510/1112224/penumpang-trans-jogja-hanya-049-persen-dari-pengguna-angkutan-di-jogja